Bawa Aku Pergi

Sungguh malang aku telah terhadang
Hati meradang bibir mengerang
Tahan sakit sejuta sakit

Bukan kematian ada di hadapan
Hanya buram mendalam
Hampiri diri menyayat hati
Jiwa tersesat tak dapat pijakan
Kurus tak terurus
Mengulum umpat

Kalau saja aku tak tahan
Aku putus aliran kehidupan
Biar lepas segenap angin

Apakah ada jalan lain?
Kau jawab; bawa aku pergi
Aku ketenanganmu, lanjutmu.

29/03/2016

Setelah mengorek-ngorek sebuah harddisk yang hampir tak terselamatkan karena telah lama tak terjamah, akhirnya aku bisa menyelamatkan banyak sekali kenangan-kenangan di masa lampau. Salah satunya karya yang entah apakah ikut usang atau malah jadi bahan bakar untuk berkarya lebih giat lagi.

Puisi adalah hal yang sangat aku senangi. Sebuah kemenangan dalam perlombaan membaca puisi yang membuatku makin jatuh hati pada puisi.

2013 aku mengikuti lomba membaca puisi di penghujung bangku SMA yang harus segera aku tanggalkan. Kemenangan telak tingkat kabupaten membuatku makin percaya diri untuk menulis puisiku sendiri. Pada waktu itu aku membacakan puisinya Gus Mus yang bertajuk Kau Ini Bagaimana. Suaraku yang sudah biasa lantang, cukup membuat tunduk pandangan para juri tak berani menatap mataku lebih lama.

Sejak itu aku mempersunting puisi. Meski hanya berhenti pada tanganku sendiri dan belum sampai di tangan para pembaca yang sangat suka berkomentar. Sedikit demi sedikit kukuak dalam blog.

Lalu apa rencana selanjutnya?

Diterbitkan oleh

ainin.n

| penulis • petani |

Tinggalkan komentar