Dalam Mataku

Cahaya ufuk timur telah datang, sejuknya membawa hangat, mengusir gigil dari selimut gulita dan seketika tandang.

Patutlah segurat sinar mengembang, selepas berbunga dan berbuah di saat yang tepat, menuai bibit puja hati penuh riang.

Subuh ini embun akan sangat jernih dalam seumur hidupmu yang hanya sebentar. Berbahagialah.

8 Rajab 1442

Subuh

Datang hening mencekam ketika hari kian benderang. Mata yang tak bisa pejam masa lalu memang patut dikenang. Di mana letak ia bersemayam adalah tepat di ambang bayang. Tak perlu aku risau kelam karena ia telah membawamu datang. Kuucap terimakasih paling dalam kepada Sang Waktu pemilik ruang. Ia hadir sebelum malam dan menetap tak mau renggang.

Hai, apa kabar? Semoga lukamu sudah mengering. Kini, waktu pada doa puja kita berkerling. Harap asa bahagia kita sanding.

1 Jumadil Akhir 1442

NYEKAR

Hai bu, bagaimana kabarmu? Telah lama aku tak mengunjungi pusaramu, walau sekadar untuk menyibakkan gulma yang terkesan menjadi pertanda bahwa aku anak yang tak tahu diri. Tak mau mengurus pusara ibunya sendiri.

Bagaimana keadaanmu di sana, bu? Semoga kasih Tuhan seperti kasihmu merawatku ketika masih bayi dulu. Aku ingat, dengan bangga kau menceritakan kepada saudara-saudara tentang kepatuhkanu ketika masih kanak. Kecuali satu hal, aku selalu meronta ingin dibelikan mainan setiap kauajak ke pasar atau kondangan.

Bu, aku berkunjung kali ini didorong oleh keadaan yang seakan mencekikku diam-diam. Seperti kala tidur yang nyenyak tak tahunya ada ular raksasa yang siap melilit dan menelanku mentah-mentah.

Tubuhku penuh luka, bu. Sehabis saling tikam, karena kami tak tahu cara menggunakan pisau. Tubuhku berdarah-darah, bu. Karena kami lalai atas apa yang kautuntunkan dahulu kala. Dagingku hampir koyak bu. Kami hampir mati bu.

Ah, kau kebingungan, bu? Siapakah kami yang aku maksudkan. Maaf bu, telah lama tak berkunjung ke pusaramu membuatku lupa bahwa aku belum menceritakan tentangnya kepadamu. Tentang dia yang secara tiba-tiba hadir kembali dengan roman yang sangat mengagumkan. Sekejap aku jatuh hati kepadanya bu.

Bu, kali ini aku ingin bertanya kepadamu. Sekaligus mohon ampun atas durhakaku bu. Ketika kanak aku memang patuh, namun ketika jadi pemuda aku makin binal hilang tata krama. Maafkan aku bu.

Bu, dengan segala duhakaku dulu, sekarang aku kena batunya. Aku telah lalai cara berdiri tangguh namun sopan di hadapan perempuan. Aku kecewa atas diriku sendiri bu. Aku ingin memelukmu dan mendengar semua wajanganmu.

Bu, bagaimana caranya menyembuhkan luka kami berdua bu? Beri aku wejangan seperti dulu lagi bu. Ingatkan anakmu yang sering lupa ini. Ajari pula kami cara menggunakan pisau, agar tak lagi saling sayat.

Ibu, peluk kami dalam pangestumu.

12 Mojokerto – 23 Jember Jumadil Awal 1442

RUMAH

*cahaya 27

Jika hatimu adalah rumah, maka hatiku pun sama.

Dengan sangat senonoh cahaya menyusup dari celah-celah pintu, jendela, genting dan segala hal yang mampu ia tembus hingga menerangi seluruh isi rumahku. Dan aku menyadari satu hal, bahwa di dalam rumah aku seorang diri.

Tandanglah langkah ke rumahmu.

Aku ingat pesan ibuku untuk mengucap salam dengan anggunnya kepekaan. Apa yang aku bawa membuatmu tersenyum dan menyilakanku untuk masuk ke rumahmu. Aku dengan senonoh pula memohon izin untuk tinggal di rumahmu. Aku ingin menyimpan cahaya di rumahmu. Agar rumahmu bercahaya. Agar rumah kita bercahaya. Agar kita bisa melihat satu sama lain, dan menyadari bahwa kita tidak seorang diri—lagi.

23 Jumadil Awal 1442

Amin

Allah tahu bahwa di dalam hatimu detik demi detik terasa sangat lambat ketika kamu dalam penantian.

Tapi apakah kamu tahu bahwa di tangan Allah waktu bisa dilipat?

Allah tahu bahwa di dalam hatimu jengkal demi jengkal terasa sangat membentang jauh ketika kamu dalam kerinduan.

Tapi apakah kamu tahu bahwa di hadapan Allah jarak bisa dilipat?

Sekarang yang perlu kamu lakukan cuma satu, beriman kepada-Nya. Selebihnya ucapkan Amin. Lalu jangan terpuruk pada ketakutan, karena semestinya iman bisa memupuk keberanian.

21 Jumadil Awal 1442

Husnuzan

Mungkin pada waktu itu Allah sengaja membuat hatimu patah sesakit-sakitnya, kecewa sepahit-pahitnya, agar kamu selamat dari orang yang salah.

Sekarang cukuplah Allah buatmu paham bahwa penantianmu dengan sabar adalah cara berjuang yang paling indah.

20 Jumadil Awal 1442