Kamu adalah insan yang dilahirkan di muka bumi dengan peran yang telah Tuhan tetapkan dan tentu semua atas upayamu menentukan jalan hidup. Kamu bukanlah sapi yang dikekang pada seutas tali dalam kandang berukuran 4 kali 4 meter. Bukan pula burung piaraan dalam sangkar yang sesekali dalam seminggu dimandikan di bawah mentari pagi. Kamu adalah insan yang merdeka.
Dunia ini sangat luas bagi kita makhluk sebutir debu, ada banyak jalan yang bisa kita tapakkan kaki laluinya. Setiap insan punya jalannya masing-masing. Sedang tujuan akhirnya sama, kematian.
Berbahagialah bagi dua insan yang memutuskan untuk sejalan. Melalui hari demi hari dengan bergandengan tangan. Ada satu sama lain untuk menguatkan, bukan untuk menjatuhkan.
Namun apa jadinya jika di tengah jalan ada kekhawatiran yang berlebihan, hingga terlena pada kekangan-kekangan dalam balutan kasih sayang. Berharap sebuah teguh dalam kesetiaan.
Padahal hal semacam itu bukanlah kesetiaan, itu hanyalah sebuah pembodohan dengan dasar kasih sayang sebagai alingan.
Lalu apa bedanya dengan piaraan? Disangkar atau dikandangkan. Memang benar jinak namun tak punya kebebasan. Jika berperikemanusiaan, semestinya kasih sayang tak bisa dijadikan alasan untuk sebuah pengekangan.
Seperti daun yang tak pernah lupa kemana ia akan jatuh, air kemana akan mengalir, asap kemana akan membubung, dahan kemana akan menjalar, dan akar kemana akan menembus.
Bukankah membanggakan ketika kesetianmu padaku itu sepenuhnya atas dasar dari dalam relung hatimu sendiri. Bukan karena kamu terisolasi atas kekangan yang berbalut kasih sayang?
Maka harga sebuah kesetiaan adalah bagaimana upayaku membuatmu yakin bahwa aku adalah rumah yang tepat untukmu pulang. Bukan dengan pengekangan!
Mojokerto, 12 Jumadil Awal 1442